Biodiesel
adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil
asam-asam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak
nabati melalui proses trans atau esterifikasi. stilah biodiesel
identik dengan bahan bakar murni. Campuran biodiesel (BXX) adalah
biodiesel sebanyak XX`% yang telah dicampur dengan solar
sejumlah 1-XX %
Latar Belakang Kebutuhan Biodiesel di Indonesia:
Bahan
bakar mesin diesel yang berupa ester metil/etil asam-asam lemak.
Dibuat dari minyak-lemak nabati dengan proses
metanolisis/etanolisis. Produk-ikutan: gliserin. Atau dari asam
lemak (bebas) dengan proses esterifi-kasi dgn metanol/etanol.
Produk-ikutan : air Kompatibel dengan solar, berdaya lumas lebih
baik. Berkadar belerang hampir nihil,umumnya < 15 ppm. BXX =
camp. XX %-vol biodiesel dengan (100 – XX) %-vol solar. Contoh: B5,
B20, B100. Sudah efektif memperbaiki kualitas emisi kendaraan
diesel pada level B2 !.
Keuntungan Pemakaian Biodiesel
1. Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya terjamin
2. Cetane
number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya
kualitas solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar
mesin)
3. Viskositas
tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada
solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin
4. Dapat diproduksi secara lokal
5. Mempunyai kandungan sulfur yang rendah
6. Menurunkan tingkat opasiti asap
7. Menurunkan emisi gas buang
8. Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan biodegradibility petroleum diesel sampai 500 %
Bahan Baku Biodiesel
Minyak
nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai
macam jenis tumbuhan tergantung pada sumberdaya utama yang
banyak terdapat di suatu tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak
sumber daya untuk bahan baku biodiesel.
Beberapa sumber minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku Biodiesel.
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Sumber Minyak
|
Isi
% Berat Kering |
P / NP
|
Jarak Pagar
|
Jatropha Curcas
|
Inti biji
|
40-60
|
NP
|
Jarak Kaliki
|
Riccinus Communis
|
Biji
|
45-50
|
NP
|
Kacang Suuk
|
Arachis Hypogea
|
Biji
|
35-55
|
P
|
Kapok / Randu
|
Ceiba Pantandra
|
Biji
|
24-40
|
NP
|
Karet
|
Hevea Brasiliensis
|
Biji
|
40-50
|
P
|
Kecipir
|
Psophocarpus Tetrag
|
Biji
|
15-20
|
P
|
Kelapa
|
Cocos Nucifera
|
Inti biji
|
60-70
|
P
|
Kelor
|
Moringa Oleifera
|
Biji
|
30-49
|
P
|
Kemiri
|
Aleurites Moluccana
|
Inti biji
|
57-69
|
NP
|
Kusambi
|
Sleichera Trijuga
|
Sabut
|
55-70
|
NP
|
Nimba
|
Azadiruchta Indica
|
Inti biji
|
40-50
|
NP
|
Saga Utan
|
Adenanthera Pavonina
|
Inti biji
|
14-28
|
P
|
Sawit
|
Elais Suincencis
|
Sabut dan biji
|
45-70 + 46-54
|
P
|
Nyamplung
|
Callophyllum Lanceatum
|
Inti biji
|
40-73
|
P
|
Randu Alas
|
Bombax Malabaricum
|
Biji
|
18-26
|
NP
|
Sirsak
|
Annona Muricata
|
Inti biji
|
20-30
|
NP
|
Srikaya
|
Annona Squosa
|
Biji
|
15-20
|
NP
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar